Menurut Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan Biro Kepegawaian dan Organisasi Kementerian Perhubungan, konsep Transit-Oriented Development (TOD) merupakan sebuah pendekatan dalam perencanaan kota yang mengintegrasikan berbagai elemen perkotaan.
TOD bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang memudahkan pergerakan orang, aktivitas, bangunan, dan ruang publik dengan konektivitas yang nyaman, baik dengan berjalan kaki maupun bersepeda, serta kedekatan dengan layanan transportasi umum yang optimal di seluruh kota.
Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 mengenai Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, dijelaskan bahwa pengembangan kawasan TOD tidak hanya berfokus pada akses transportasi, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lengkap dengan area pemukiman, komersial, dan perkantoran.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, jumlah penduduk Generasi Z adalah sekitar 60 juta orang. Hadirnya kawasan TOD yang menyediakan berbagai pilihan hunian, seperti apartemen, yang dibangun dekat dengan stasiun atau halte di lingkungan yang padat dapat menjadi solusi yang efisien bagi gen z yang umumnya memiliki pola mobilitas yang tinggi.
Namun, muncul pertanyaan apakah dengan adanya pengembangan TOD ini, minat Gen Z dalam memilih rumah tapak di pinggiran kota menjadi berkurang?
Hunian di kawasan Transit-Oriented Development (TOD) menawarkan sejumlah keunggulan. Kawasan ini dirancang dengan aksesibilitas yang sangat baik dan berbagai fasilitas lengkap di sekitarnya. Lokasi yang strategis ini sangat cocok bagi mereka yang memiliki aktivitas padat di pusat kota. Namun, keunggulan-keunggulan ini diikuti dengan harga yang harus dibayar. Jika memiliki anggaran yang cukup, memilih hunian di kawasan TOD bisa menjadi pilihan yang sangat bijak karena kenyamanan dan fasilitas yang ditawarkan.
Sebaliknya, hunian tapak di pinggir kota masih menjadi alternatif yang menarik, terutama bagi generasi muda yang baru mulai membangun karir dan keluarga. Rumah tapak di pinggiran kota umumnya memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan hunian di kawasan TOD. Selain itu, lingkungan di pinggiran kota sering kali lebih tenang suasana, area yang relatif lebih luas, sehingga memberikan kenyamanan bagi penghuni. Saat ini, perumahan di pinggiran kota juga memiliki akses yang baik terhadap transportasi umum, sehingga mobilitas tetap terjaga.
Meskipun hunian di kawasan TOD menawarkan kemudahan dan fasilitas yang superior, rumah tapak di pinggiran kota tetap menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan. Akhirnya, pilihan akan jatuh sesuai dengan kebutuhan, preferensi dan budget yang tersedia.
Nama: Mutiara Saniyya
Sumber:
https://www.detik.com/