Fenomena Pandemi akhir-akhir ini membuat masyarakat cemas dan mempengaruhi performa berbagai sektor pembangunan. Menurut Bank Indonesia (BI) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diproyeksi berada pada kisaran 4%, namun saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menembus angka Rp 16 Ribu. Lalu, bagaimana proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah Pandemi ini dan bagaimana dengan bisnis properti?.
Asosiasi Persatuan Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta meminta dukungan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan stimulus berupa penundaan pembayaran hutang pokok serta keringanan bunga dalam tahun ini, tujuannya untuk mencegah terjadinya kredit macet, khususnya di bidang properti. Salah satu sektor properti yang terdampak adalah hospitality, karena berkurangnya aktivitas masyarakat untuk bepergian atau berwisata, maka okupansi atau tingkat hunian terhadap hotel juga menurun. Hal ini juga terjadi karena penundaan berbagai agenda skala nasional maupun internasional.
Menurut Hariyadi Sukamdani selaku Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) tingkat okupansi hotel yang sekarang menyentuh angka 30%, kondisi ini membuat pengusaha perlu memperhatikan keberlanjutan pekerja dan penekanan biaya operasional. Namun, di tengah kondisi wabah masih ada angin segar untuk perbaikan sektor ini didapatkan dari rencana stimulus yang akan diberikan Pemerintah untuk sektor yang terdampak pandemi saat ini, diantaranya adalah pada sektor pariwisata berupa insentif untuk perusahaan penerbangan, agen wisata, promosi, relasi media dan influencer.
Selain itu juga rencana penerapan tarif nol persen pajak hotel pada 10 destinasi wisata dan subsidi daerah terdampak pada sektor wisata. Hal ini dilakukan demi menjaga keseimbangan perekonomian di tengah Pandemi. Belum lagi di sektor ritel. Saat ini tak kurang dari 4 pusat perbelanjaan atau mall di Jakarta telah menutup operasionalnya untuk beberapa waktu tertentu sambil menunggu berangsur normalnya kondisi dari Pandemi.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) terungkap tidak kurang 50% penurunan jumlah pengunjung yang diderita oleh sektor ritel khususnya pusat perbelanjaan seperti Mall. Ketua APRINDO, Roy Nicholas Mandey mengungkapkan bahwa pengunjung hanya datang untuk keperluan pangan saja.
Meski demikian, optimisme pasar properti tetap terlihat dari segi penjualan, di tengah daya beli yang mengalami penurunan namun penjualan masih dapat berjalan, seperti yang dikemukakan oleh Direktur salah satu pengembang di Indonesia, bahwa besar penurunan dari bulan lalu hanya sekitar 2%. Dari penjualan rumah sederhana pun, harga yang ditawarkan masih tetap atau konstan dibanding sektor lainnya.
Penulis : Muthia
Sumber :
https://www.kemenkeu.go.id/
https://www.vivanews.com/
https://www.bi.go.id/
https://ekbis.sindonews.com/
https://bisnis.tempo.co/
https://katadata.co.id/
https://nasional.kontan.co.id/
https://properti.kompas.com/
https://ekonomi.bisnis.com/