Tahun ini memang dirasakan sangat menantang, diawali dengan bencana banjir di Ibukota, yang berlanjut dengan pandemi dan masih bergulir hingga saat ini. Tentu saja berbagai tantangan ini memberikan pukulan terhadap berbagai sektor ekonomi, termasuk di antaranya sektor properti, yang merupakan sektor yang akan tumbuh sebagai derivasi dari pertumbuhan di sektor yang menjadi generator atau key engine ekonomi, seperti manufaktur.
Saat ini, setidaknya beberapa sektor properti terdampak cukup signifikan, diantaranya perkantoran, ritel, hotel, apartemen strata dan apartemen sewa. Masing-masing sektor dengan karakternya terdampak dan melemah.
Namun, di tengah tantangan yang ada, beberapa sektor dinilai masih bergerak dan memiliki potensi yang cukup baik, sebut saja sektor industri dan perumahan (rumah tapak).
Sektor industri memiliki potensi dari relokasi industri global, termasuk pertumbuhan sektor-sektor potensial yang masih bergerak sampai saat ini. Setidaknya beberapa sektor ini menjadi potensi penyerap lahan industri saat ini, yaitu FMCG (fast moving consumer good), elektronik, ecommerce, logistic, data center, auto related pada industri mobil listrik.
Sementara pada sektor perumahan, pasar terus bergerak atas dorongan pemenuhan kebutuhan dasar dari para pengguna, dan kecenderungan perluasan area perumahan bergerak ke wilayah suburb atau pinggiran kota yang memiliki akses terhadap kereta api, ataupun MRT. Kisaran harga perumahan yang diminati berapa pada angka 300 juta sampai 750 juta. Namun, tidak dapat dipungkiri skema pembiayaan dari lembaga keuangan saat ini cukup ketat, meskipun alokasi pendanaan cukup banyak namun permintaan dan penawaran kredit sangat terbatas, karena kekhawatiran memunculkan kredit macet kedepannya, atau dikenal dengan istilah credit crunch.
Lalu bagaimana menatap tahun 2021?...
Seperti rekam jejak yang berlangsung tahun ini dan tahun sebelumnya, maka diperkirakan sektor industri dan perumahan akan terus bergerak bahkan meningkat. Namun, sektor yang lainnya akan terus berjuang menghadapi tantangan yang ada. Untuk diskusi dan konsultasi terkait performa dan strategi bertahan sektor-sektor properti, Anda dapat menghubungi divisi strategic consultancy dari Knight Frank Indonesia https://kfmap.asia/services/strategic-consultancy
Sementara itu, beberapa hal menjadi catatan untuk skenario optimis dari pertumbuhan sektor industri, yaitu dorongan terhadap sektor yang menjadi generator ekonomi. Selain itu, regulasi yang membuka kesempatan investasi juga diharapkan dapat didorong optimal dalam implementasinya. Tidak lupa bahwa, kesuksesan distribusi dan vaksinasi menjadi kunci. Menurut beberapa referensi, lagging time sejak selesainya vaksinasi sampai bergerak positifnya pertumbuhan ekonomi atau daya ungkit diperkirakan rerata sekitar 6 bulan sampai 1 tahun. Namun, tentu saja hal ini sangat relative dan umum, belum menghitung kendala yang bersifat intangible di lapangan. Semoga optimisme membawa turning point lebih cepat ke arah pemulikan ekonomi nasional.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber :
https://republika.co.id/
https://www.feb.ui.ac.id/
https://www.cnnindonesia.com/
https://ekonomi.bisnis.com/
https://kabar24.bisnis.com/