Turunnya okupansi perhotelan pada masa pandemi membuat para stakeholder memikirkan cara untuk mengangkat sektor pariwisata tersebut. Hal ini tentu sejalan dengan kondisi new normal dimana pengunjung sudah mulai berdatangan untuk staycation baik di akhir minggu maupun periode waktu liburan tertentu. Berbagai protokol kesehatan pun kerap digunakan pada beberapa hotel, salah satunya dengan genose C19.
Apa itu genose C19?
Genose C19 merupakan alat untuk mendeteksi penyakit yang mendatangkan pandemi, alat ini merupakan hasil inovasi dari mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM). Cara kerja alat ini dengan mendeteksi melalui hembusan nafas. Untuk prosesnya, pengunjung akan diminta untuk menghembuskan nafas pada sebuah alat berbentuk tabung yang di dalamnya sudah terdapat sensor, sehingga sensor tersebut akan mendeteksi nafas yang dihembuskan.
Hal yang dideteksi merupakan senyawa organik mudah menguap atau volatile organic compound (VOC) yang terbentuk karena terdapat infeksi yang keluar bersama hembusan nafas. Satu alat dapat digunakan sebanyak sekitar 120 kali pemeriksaan dengan waktu pendeteksi selama 2 hingga 3 menit.
Saat ini genose C19 sudah mendapat izin edar dan pakai dari Kemenkes RI. Di Indonesia, sebuah perusahaan jaringan hotel yaitu Accor Group sudah menyediakan fasilitas berupa genose C19 pada seluruh jaringan hotelnya. Grup ini juga menjalankan fasilitas ini dengan protocol Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) bersertifikat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Pandemi tidak selalu menekan kreatifitas, terbukti para mahasiwa UGM telah membuktikan, bahwa pandemi justru meningkatkan daya juang menghasilkan inovasi yang memiliki manfaat luas untuk masyarakat. Kolaborasi, antara pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi menjadi media dalam mencari jalan keluar untuk meminimalkan risiko pandemi.
Penulis : Muthia
Sumber :
https://properti.kompas.com/
https://www.alodokter.com/