Fakta-Fakta Properti di Tengah Pandemi | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Fakta-Fakta Properti di Tengah Pandemi
Friday, 24 April 2020

Pandemi telah memberikan dampak pada berbagai sektor pembangunan, baik secara lokal, regional maupun global. Dengan berkurangnya pergerakan masyarakat, tidak mengherankan jika suhu bumi menjadi lebih baik dan menurunnya polusi udara. Berdasarkan pemantauan indeks kualitas udara yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di tengah implementasi PSBB (pembatasan sosial berskala besar) kualitas udara Jakarta lebih bersih dari sebelumnya, tentu saja hal ini baik untuk keberlanjutan ekosistem. Namun, memang tidak dapat dihindarkan dampak ekonomi dari pandemi. Sebut saja pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun 2020 yang diprediksi mengalami penurunan sektiar 0,5%, belum lagi rekap kwartal kedua yang diperkirakan penuh tantangan dengan baseline berkisar 2,3%.

Hal di atas juga berdampak terhadap bisnis properti. Sebut saja di sektor residential, sejak pandemi diumumkan di awal bulan Maret, sontak beberapa sektor mengalami slowdown. Seperti hasil riset Jakarta Property Highligt dari Knight Frank Indonesia (2H2019) menyebutkan, bahwa akhir tahun lalu permintaan condominium relatif stagnan dari tahun sebelumnya di kisaran 54,11%. Dengan kondisi pandemi di awal bulan ini, maka kwartal pertama tahun ini pun masih relatif stagnan dengan kencederungan menurun.

Sementara itu, hunian landed house relatif lebih mampu bertahan, hal ini karena pasar berasal dari end-user atau pengguna berkisar 70-80% yang memang memiliki kebutuhan atas produk ini. Di tengah implementasi PSBB di Jakarta, hanya 10 sektor usaha swasta yang diizinkan untuk beroperasi. Hal ini tentu saja memberikan dampak yang cukup signifikan dalam potensi serapan pasar perkantoran.

Sesuai riset dari Occupier Services and Commercial Agency Asia Pacific - Knight Frank, ruang perkantoran Jakarta pada akhir tahun lalu berada pada kisaran 21,11%, dengan rencana supply ruang kantor baru dalam dua tahun kedepan diprediksi akan mengalami tekanan, terutama di tengah pandemic, maka tantangan ke depan bukan hal yang mudah. Namun, potensi perjanjian dari bisnis lokal masih menjadi peluang ke depan, sementara untuk MNC cenderung menunggu kondisi lebih kondusif.

Sektor ritel dan hotel, adalah dua sektor yang sangat terpukul dalam bisnis properti saat ini. Sebut saja hingga saat ini terdapat 27 mall yang tutup di Jakarta, hal ini karena turunnya tingkat kunjungan mencapai 50%. Meskipun untuk supermarket, apotek dan atm masih diperkenankan buka di beberapa pusat perbelanjaan di tengah kebijakan PSBB yang berlaku.

Sementara itu, untuk sektor hospitality, menurut Kemenparef, di awal bulan ini setidaknya terdapat 1.500 unit hotel yang tutup di seluruh Indonesia, dengan tingkat hunian di awal tahun ini mulai dari 33% dan terus turun bahkan ada yang menginjak sampai 0%. Meski demikian tidak sedikit hotel yang beradaptasi untuk terus bertahan di kondisi pandemi, mulai dari kerjasama dengan Kementerian terkait sebagai akomodasi tenaga kesehatan, kerjasama dengan Pemerintah Daerah sebagai tempat isolasi mandiri, ataupun membuka paket karantina dengan banting harga yang diperuntukan untuk masyarakat luas yang merasa bosan menetap dirumah dan membutuhkan suasana baru dengan menetap di hotel.

Fakta-fakta di atas tentunya bukan hal yang mudah saat ini, tantangan pandemi datang ketika sektor properti akan kembali menggeliat dengan optimisme baru. Menurut Donan Aditria, Associate Director dari Knight Frank Indonesia menyebutkan bahwa, optimisme dan potensi akan tetap hadir di dunia properti.

Sebut saja pada sektor residential, riset yang dilakukan Knight Frank Indonesia di awal tahun ini mengungkap bahwa hingga saat ini sektor residential (landed house) tetap memiliki pasar tersendiri dan akan terus berlanjut, terutama produk dengan kisaran harga dibawah 1M. Hal ini bukan sebagai ledakan permintaan karena pandemi, tetapi memang ceruk pasar yang masih belum terisi dari periode sebelumnya. Namun, ke depannya para pengembang perlu mempertimbangkan review produknya agar dapat bertransformasi sesuai kebutuhan masyarakat untuk menciptakan resilient shelter.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber :

https://www.liputan6.com/

https://oto.detik.com/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://properti.kompas.com/

https://properti.kompas.com/

https://megapolitan.kompas.com/

https://megapolitan.kompas.com/

https://www.hashmicro.com/id/

https://finance.detik.com/

Share:
Back to Blogs