Etika Lingkungan dalam Arsitektur : Konsep Sawah Terasering pada Desain Bangunan Perkotaan | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Etika Lingkungan dalam Arsitektur : Konsep Sawah Terasering pada Desain Bangunan Perkotaan
Friday, 25 October 2024

Interaksi antara manusia dan lingkungan dapat menyebabkan dampak buruk jika adanya pemanfaatan yang tidak terkendali dan melakukan pencemaran lingkungan. Dampak buruk akibat interaksi tersebut berupa permasalahan lingkungan, seperti bencana alam banjir, tanah longsor, kerusakan ekosistem, dan perubahan iklim. Oleh karena itu, agar pemanfaatan sumber daya dapat terkendali, maka manusia perlu memahami dan menerapkan etika lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan yang menjadi petunjuk dalam berperilaku guna mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Salah satu contoh penerapan etika lingkungan adalah pembangunan gedung dengan menerapkan model sawah terasering yang bertujuan untuk menyerap air dan mencegah banjir. Model sawah terasering sudah banyak digunakan pada bangunan perkotaan di negara-negara Asia yang rentan terhadap dampak iklim, seperti Thailand, China, Vietnam, Singapura, dan Indonesia.

Terasering merupakan konsep lahan yang dibangun untuk membendung derasnya air dengan mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah dapat berkurang dan mencegah adanya limpasan air (run off). Manfaat lain dari terasering, yaitu sebagai lahan konservasi dan lahan pertanian, mengurangi tingkat kecuraman lereng, berkurangnya potensi tanah longsor, mendukung keberagaman hayati, serta meningkatkan kelembaban tanah.

Salah satu penerapan model sawah terasering adalah desain atap hijau di Universitas Thammasat, Kota Bangkok, Thailand. Konsep taman di atap dan terdapat tepian sungai yang meniru bentuk pertanian tersebut, dirancang oleh Voraakhom, seorang arsitek asal Thailand.

Desain atap gedung  Universitas Thammasat terinspirasi oleh sawah terasering yang bertujuan untuk membantu masyarakat perkotaan mengurangi genangan air dan banjir. Model sawah terasering ini dapat membantu kota-kota Asia dalam menyerap, menampung, dan memurnikan air hujan, sehingga air hujan dapat dikelola secara lebih alami dan efisien, dapat mengurangi run off, serta mengurangi tekanan pada sistem drainase perkotaan.

Model sawah terasering pada bangunan perkotaan merupakan bentuk pemanfaat teknologi dan ilmu pengetahuan dengan baik, beretika, dan menggunakan pola berpikir harmonis terhadap lingkungan.

 

Penulis: Ratih Putri Salsabila

Sumber:

https://kfmap.asia/blog/preferensi-global-occupier-terhadap-gedung-hijau-saat-ini/2610

https://kfmap.asia/blog/properti-ramah-lingkungan-menguntungkan-sebagai-investasi-masa-depan/3507

https://kfmap.asia/blog/spotlight-green-building-di-asia-pasifik-saat-ini/2914

https://kfmap.asia/blog/sertifikasi-green-building-di-pusat-perbelanjaan-jakarta/3247

https://www.unep.org/topics/cities/buildings-and-construction/sustainable-buildings

https://www.bbc.com/future/article/20240805-how-ancient-rice-terraces-inspire-flood-resilience-in-asian-cities

Hudha, A. M., et al. (2019). Etika Lingkungan (Teori dan Praktik Pembelajarannya). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Share:
Back to Blogs