Jika ditelusuri lebih dalam berdasarkan karakter tenant yang menyerap lahan di koridor timur dan barat, maka didapatkan karakter jenis industri pada masing-masing koridor tersebut.
Saat ini serapan lahan industri terbesar berasal dari Koridor Timur, tepatnya di wilayah Bekasi. Beberapa sektor yang masih potensial dalam menyerap lahan industri berasal dari sektor Otomotif, Data Center, FMCG, Logistik, Peralatan Kesehatan, Elektronik, Tekstil, Pergudangan, dan E-commerce.
Sementara itu, Koridor barat menyerap beberapa sektor potensial, diantaranya otomotif, pergudangan, peralatan kesehatan, furnitur, dan desain interior.
Masih berdasarkan informasi dari paparan konferensi pers Jakarta Property Highlight oleh Knight Frank Indonesia pada 18 Februari 2021 disampaikan bahwa, Koridor timur menyerap sektor dengan cakupan yang relatif lebih luas (68%). Selain pergudangan, otomotif, dan peralatan kesehatan, Koridor Timur juga terdapat penyerapan dari sektor elektronik, tekstil, FMCG, logistik, e-commerce, dan data center.
Memang tidak dipungkiri, dengan pengalaman pengembangan Kawasan Industri di Timur menjadikan perluasan tenant dari sektor-sektor yang berproduksi menjadi lebih variatif.
Elektronik, data center dan e-commerce, tiga sektor industri yang tergolong potensial winner saat ini memilih koridor Timur untuk lokasi industrinya, tentu dengan pertimbangan kuat. Diantaranya karena infrastruktur koridor Timur yang cukup lengkap, baik yang telah ada maupun rencana pelengkapannya. Mulai dari jalan tol, commuter line, elevated toll road, MRT, LRT, speed train, dan TOD.
Data center sebagai salah satu tenant potensial saat ini, memiliki kriteria lokasi tersendiri untuk menjalankan operasional kegiatan dan meminimalkan risiko terhadap wilayah sekitarnya. Untuk lokasi pengembangan data center, sesuai dengan rancangan panduan yang disusun Pemerintah, dijelaskan bahwa lokasi pengembangan data center sebaiknya berada di kawasan yang memiliki temperatur sekitar yang rendah dan menghindari kawasan yang memiliki kelembaban tinggi. Bangunan harus berada pada lokasi yang relatif aman berdasar kajian indeks rawan bencana Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan matriks risiko bencana dari BNPB diketahui bahwa wilayah di koridor timur umumnya memiliki risiko sedang sampai tinggi untuk bencana banjir, dan risiko rendah sampai sedang untuk indeks bencana gempa bumi. Kedua risiko ini diidentifikasi dari 10 bencana yang umum terjadi di Indonesia, seperti tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, kekerungan, kebakaran lahan, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim, dan banjir bandang.
Selain dukungan infrastruktur, keunggulan Koridor Timur adalah berdasarkan geograpical setting yang berada di wilayah cenderung aman dari bencana.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber :
http://inarisk.bnpb.go.id/pdf/Buku%20RBI_Final_low.pdf