Penghujung tahun 2021 relatif membuka banyak optimisme dengan kondisi perbaikan ekonomi yang diikuti dengan terkendalinya pandemi, kondisi ini menjadi spirit tersendiri untuk keberlanjutan sektor ritel . Penghujung tahun telah menancapkan harapan dengan kembali datangnya pengunjung ke ruang ritel di perkotaan.
Perbaikan bahkan mencapai 64% tingkat kunjungan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 50%. Kondisi ini ditandai dengan masuknya beberapa tenant potensial, baik dari lokal maupun internasional. Sebut saja seperti Subway & Paris Baguette, vendor makanan minuman yang kembali mendarat di ruang ritel Ibukota.
Namun, diawal tahun 2022 gelombang berikutnya dari pandemi kembali terjadi, ditandai dengan pengetatan kembali interaksi sampai ke level 3 (PPKM), sehingga ritel Ibukota kembali menghadapi Short-Term Bounce. Kondisi ini terjadi karena fluktuasi pemberlakuan kebijakan pandemi yang berdampak langsung dengan sektor ritel, sehingga bouncing seringkali dirasakan terjadi dalam periode yang singkat.
Di tengah fenomena di atas, optimisme peritel tetap terlihat, merujuk rilis dari Knight Frank UK, beberapa kategori peritel menjadi sektor yang potensial bertahan dan terus berkembang di tengah pandemi (2021), diantaranya yaitu Fast Food Takeaway, Convenience Stores, Barbers, dan Grocers.
Sedangkan rilis dari Knight Frank Asia Pasifik menyebutkan bahwa, Kawasan Asia Tenggara dilanda fenomena ‘internet economy’ untuk transaksi ritel dan berpotensi meningkat tiga kali lipat sampai tahun 2025 dengan perputaran uang mencapai US$300M.
Untuk itu, dimasa perbaikan yang fluktuatif ini, peritel perlu melihat lebih cermat peluang atau tren baru yang berkembang saat ini untuk dapat segera beradaptasi dan terus bertahan dengan optimisme yang berlanjut.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com
KFMap.asia