Alternatif Solusi Bertahan Hospitality di Tengah Pandemi | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Alternatif Solusi Bertahan Hospitality di Tengah Pandemi
Friday, 17 April 2020

Di tengah masa down time ini berbagai sektor merasakan imbas langsung, hal ini sangat wajar karena himbauan untuk masyarakat untuk beraktivitas dari rumah saja dan menghindari bepergian jelas memberikan efek terhadap perlambatan di berbagai sektor, tidak terkecuali pada sektor properti. Hospitality merupakan salah satu properti yang terpukul dengan kondisi saat ini, dengan tingkat okupansi yang berada pada titik terendah, yaitu single digit bahkan mendekati nol.

Meski demikian, pengusaha hotel tetap mendukung upaya pemerintah untuk menerapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) untuk mengatasi sebaran wabah, di Jakarta program ini mulai berlaku melalui Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/Menkes/239/2020.

Di tengah tingkat hunian yang menurun drastis, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PHRI pada awal April 2020, setidaknya terdapat 1180 hotel yang telah menutup operasionalnya bahkan sampat saat ini tercatat 1500 hotel menutup operasionalnya, jumlah tersebut mencapai lebih dari separuh hotel berbintang di Indonesia. Memang kondisi pandemi menjadi tantangan yang tidak mudah untuk sektor perhotelan. Namun tetap optimisme perlu dihembuskan untuk merangkak menuju perbaikan.

Berbagai alternatif solusi bertahan perlu dipilih untuk beradaptasi terhadap kondisi saat ini. Di bidang perhotelan berbagai model adaptasi untuk bertahan bisa diterapkan, mulai dari menjadi alternatif hunian bagi tenaga medis, menerapkan program isolasi mandiri untuk PDP (pasien dalam pengawasan) dan OPD (pasien dalam pengawasan), menerapkan program dengan standar khusus untuk melayani tamu/pendatang dari luar kota, menerapkan program relaksasi bagi warga yang membutuhkan tempat hunian sementara selain dari rumah untuk menghindari kejenuhan, maupun menjadi wadah edukasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan berinovasi dalam usaha.

Menyediakan ruangnya sebagai fasilitas bagi tenaga medis, merupakan alternatif bertahan yang timbul di awal kondisi pandemi mencuat kepermukaan, hal ini untuk memenuhi kebutuhan istirahat tenaga medis. Tentu saja dalam hal ini pengelola hotel perlu menyesuaikan layanan dengan prosedur kesehatan yang berlaku. Sebut saja beberapa hotel di Jakarta melakukan hal tersebut, seperti Grand Hotel Cempaka, d’Arcici AlHijra Hotel Cempaka Putih, d’Arcici Hotel Sunter, Novotel Cikini, Mercure Cikini, Ibis Styles, OYO Hotels, dan Maxone. Sementara melakukan layanan terhadap tenaga medis, maka hotel tutup sementara untuk publik.

Pemerintah dalam hal ini Kemenparekraf mengundang hotel-hotel lain yang berminat untuk bekerjasama. Bentuk adaptasi lainnya adalah penawaran hotel untuk isolasi mandiri PDP dan ODP. Dalam fungsi ini, hotel perlu memperhatikan standar operasional prosedur (sop) dari WHO atau rekomendasi Rumah Sakit setempat. Isolasi mandiri untuk PDP maupun ODP diberikan untuk individu yang berada dalam kondisi fisik sehat dan tanpa gejala yang berat. Akan lebih baik untuk penyediaan program ini dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah setempat sehingga mendapatkan win win solution.

Sedangkan untuk hotel yang tetap buka, khususnya untuk menyediakan ruang isolasi bagi warga yang datang dari luar kota, sebagai contoh di Yogyakarta diberlakukan protokol untuk menjaga higienitas dan menghindari penularan, yaitu membersihkan dan penyemprotan disinfektan kamar setiap check in dan check out, juga ke seluruh lingkungan hotel secara berkala; memberikan jeda penggunaan kamar antar tamu antara dua sampai tujuh hari; penggunaan kamar antar tamu tidak berdampingan; karyawan wajib mengukur suhu tubuh saat check in; menyediakan wastafel dengan sabun dan hand sanitizer; karyawan hotel menjaga jarak dengan tamu dan menggunakan masker; pembersihan kamar dilakukan dengan menggunakan APD (alat pelindung diri); dan layanan makanan dilakukan dengan pengantaran ke kamar.

Lain lagi, dengan strategi promosi beberapa hotel di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Bali, Surabaya, Padang yang menawarkan Package Quarantine dengan menyediakan harga sewa bulanan yang relatif murah jauh dibawah harga komersial, untuk memberikan pilihan bagi keluarga yang jenuh menetap dirumah dan butuh relaksasi untuk penguatan psikologis, dapat tetap mengisolasi diri dengan suasana yang berbeda, dan tetap dapat efektif wfh dalam arti work from hotel. Strategi ini bisa menjadi alternatif penyelamatan atas kelangsungan sektor perhotelan, sekaligus memberikan alternatif bagi masyarakat dalam menetap dengan fisik dan psikologis yang tetap sehat di kondisi wabah ini.

Berbeda dengan solusi yang ditawarkan di atas, salah satu grup hotel di Bali, saat ini memanfaatkan waktu yang ada dengan beralih fokus pada konten digital untuk memelihara hubungan dengan masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dengan melakukan webinar, promosi dan edukasi kesehatan dan gaya hidup untuk inovasi usaha.

Di tengah beberapa alternatif solusi tersebut, perlu dipertimbangkan insentif untuk penyelamatan sektor ini, mengingat serapan tenaga kerja di sektor ini yang cukup tinggi. Insentif dapat berupa keringanan pajak dan upah, kemudahan pengajuan kredit, penundaan pembayaran kredit, dan pemotongan tarif listrik.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber :

https://megapolitan.kompas.com/

https://katadata.co.id/

https://www.liputan6.com/

https://travel.tempo.co/

https://www.liputan6.com/

https://bebas.kompas.id/

https://kumparan.com/

https://langgam.id/

https://economy.okezone.com/

https://www.antaranews.com/

https://www.wartaekonomi.co.id/

https://news.detik.com/

Share:
Back to Blogs