Wilayah Timur Jakarta merupakan pintu gerbang bagi pergerakan masyarakat hinterland ke Ibukota, seperti kota Bekasi, Depok, Bogor yang menjadi kantong utama arus penglaju setiap harinya. Tercatat, bahwa pergerakan dari arah Timur melalui tol Cikampek mencapai 32,76% dari total pergerakan masuk ke Ibukota setiap harinya.
Dengan kondisi tersebut, maka tidak mengherankan geliat pembangunan infrastruktur berjalan masif ke arah Timur Jakarta, sebut saja pembangunan proyek pembangunan jalan tol Japek 2 yang dimulai tahun 2018 dan sudah rampung saat ini, proses pembangunan speed train Jakarta – Bandung (KCIC), pembangunan stasiun dan double track KRL Commuter Line Jakarta - Cikarang, Jalan Tol JORR 2, Pelabuhan Patimban, Bandara Karawang, MRT Cikarang - Balaraja dan rencana LRT Jakarta – Cikarang. Belum lagi magnet dari kontribusi Cikarang yang menyumbangkan 34,45 persen Penanaman Modal Asing (PMA) serta volume ekspor nasional hingga 45 persen.
Terhubungnya tol Cakung ke Cilincing-Tanjung Priok juga memberikan stimulan bagi hadirnya pusat pertumbuhan perumahan baru, atau dikenal dengan ribbon development. Geliat inipun diikuti dengan upaya pelaku properti untuk melengkapi portofolio investasinya ke arah Timur, sebut saja Lulu Hypermarket, Aeon Mall, IKEA, dan Hongkong Land mulai masuk ke wilayah ini.
Konsekuensi logis atas geliat di Timur Jakarta mengindikasikan temuan bahwa, berdasarkan sebuah penelitian, Jakarta Timur menempati urutan teratas dalam peningkatan harga tanah, yaitu sebesar 5,58 % per tahun. Sejalan dengan itu, berdasarkan Jakarta Property Highlight yang dilakukan oleh Knight Frank di periode 2H 2019 terungkap bahwa alokasi supply vertical housing di Jakarta Timur mencapai 20,61%, angka ini menunjukan tingkat 3 besar tertinggi bersama dengan Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Meski demikian, harga tanah di Timur Jakarta masih relatif affordable dengan kisaran 4 juta/meter, sehingga tidak mengherankan jika salah satu portal properti menyebutkan bahwa pencarian properti di Jakarta saat ini didominasi oleh kawasan Jakarta Timur. Harga ini masih relatif cocok dengan kebutuhan rumah tapak yang datang dari kelompok end user terbesar (54%) yang mencari harga rumah di kisaran 300jt hingga 1M.
Namun pengembang perlu lebih cermat untuk mengatasi isu kawasan Timur Jakarta yang kurang dengan penghijauan dan relatif memiliki temperatur udara yang tinggi, sehingga dibutuhkan inovasi dalam penyediaan ruang terbuka hijau sehingga menjadi enclave yang layak huni. Lagi-lagi, harga tanah ini akan segera terkoreksi ketika infrastruktur telah selesai dibangun, hal ini terindikasi dari peningkatan harga residensial di wilayah lintasan jalur LRT telah naik mencapai 9,5%.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber :
https://ekonomi.bisnis.com/
https://swa.co.id/
https://www.medcom.id/
http://propertyandthecity.com
https://properti.kompas.com/
https://katadata.co.id/